Yang Aku Sadur Dari Buku Paling Rahasia

Aku ingin menghargai serta menghormati keputusanmu untuk menyanyangiku dengan tidak banyak mempertanyakan: bagaimana bisa? Hmm, premis ...

Aku ingin menghargai serta menghormati keputusanmu untuk menyanyangiku dengan tidak banyak mempertanyakan: bagaimana bisa?

Hmm, premis yang bagus juga ya, hehe.
Kubilang, kan, aku memang jago gombal. Tidak, semua orang yang mengaku gemar berpuisi itu aslinya hanya tukang gombal!

Aku cuma ingin sedikit memberitahukan tentangmu pada- hmm... pada siapa, sih, selama ini tanpa tahu malu aku curhat macam-macam lewat blog.
Tanpa tahu dibaca oleh siapa.
Tanpa peduli ada yang senang atau mungkin sedih karenanya.

Tidak apa.

Menjadi adil bukan berarti harus mewujudkan semua keinginan. Toh, aku bukan Rajamu yang diharuskan berlaku adil.

Ini cuma curhat, kok.

Di Daerah Istimewa Yogyakarta, pada tanggal 6 eh 5 Januari 2019. Aku lupa hari itu sedang kenapa.
Mendadak dengan beruraian aku memanggil kawan dari laci mejaku yang bawah.

Ada satu momentum yang tidak akan bisa kamu tangkap dengan kamera analog manapun. Tidak bisa dicuci rol filmnya, tidak akan bisa kering lalu muncul gambar.
Apalagi hanya dengan ingatanmu itu. Ingatanku malah lebih parah, sih.
Jadi hari itu kubeberkan pada kawan kecilku, satu hal yang hanya bisa dirasakan. Satu hal yang ingin aku ingat walau mungkin saat membacanya kembali aku sudah lupa rasanya.

Jangan sedih.
Lupa itu hal yang wajar untuk manusia waras (yang gila mungkin juga bisa lupa).

Hari itu aku bilang pada kawanku bahwa aku berharap Tuhan bukan cuma mempertemukanku denganmu untuk waktu yang hanya sesaat.
Aku, dengan tak tahu malu dan serakah, meminta Tuhan untuk merancang hal yang lebih besar, untuk jangka waktu yang lama. Iya memang aku suka menyuruh-nyuruh tapi tidak mau bayar.

Aduh, doaku hari itu banyak sekali. Sejujurnya aku malu juga kalau lebih terang-terangan lagi. Lagipula, aku kepingin menjaga agar bukuku itu tetap jadi yang paling rahasia!

Kawan kecilku bertanya, mengapa aku sampai beruraian begini, kenapa, ada apa, kok bisa, ah pokoknya banyak tanya.

Tidak apa!!!
Jangan khawatir, aku memang ingin menangis karenamu. Walau kamu tidak menyakitiku, tapi dengan reaksi fisik ini, aku jadi paham apa maunya hati (tanpa harus diberitahu siapa-siapa!)

Untuk pertama kalinya, aku tidak sekadar menuntut seorang yang memenuhi kebutuhanku, entah kebutuhan jiwa atau apa.
Aku tidak menjadi sepenuhnya egois dan meminta-minta seorang yang sempurna pada Tuhan.
Tapi,
aku lebih ingin membantu, mendukung, mendoakan.
Lebih dari keinginanku untuk mendapatkan.

Mungkin ini maksud dari Rumi (atau Romi?) ke Kugy waktu tahu buku dongeng Kugy aslinya diperuntukkan Keenan.

“Cari orang, yang ingin kamu beri tanpa harus dia meminta.”

Semacam itu lah, pokoknya, aku agak lupa karena bukunya, kan, lagi kamu bawa.

Pokoknya terimakasih, ya!

Aku (juga) sayang kamu!!!!!!!!!

You Might Also Like

0 cuaps