Kisah Istana di Seberang Lautan

Cerita ini tidak terjadi dahulu sekali. Hanya beberapa waktu lalu. Cerita ini bukan dongeng tentang putri atau pangeran. Tapi aku akan memb...

Cerita ini tidak terjadi dahulu sekali. Hanya beberapa waktu lalu. Cerita ini bukan dongeng tentang putri atau pangeran.
Tapi aku akan membuatnya menjadi sama seperti cerita lain.

Dahulu sekali, hiduplah seorang putri yang membenci lelaki. Termasuk semua pangeran yang pernah mencoba meminangnya.

Kebenciannya amat dalam hingga membuat kebencian itu berbalik. Kebencian itu sendiri lah yang membenci sang putri.
Tapi, karena putri penuh kebencian ini membenci semua lelaki, tidak ada pangeran yang datang menyelamatkannya.

Dulunya putri adalah gadis periang. Mulutnya selalu tak bisa diam.

Dia tumbuh bersama cinta kedua orangtuanya. Raja akan membawakan permen cokelat setiap pulang. Ratu selalu mengajari tentang banyak hal.
Kebahagiaan selalu tak berlangsung begitu lama, raja dan ratu yang mulai bertengkar menghentikan kecerewetannya.

Putri tak pernah kehabisan kata-kata untuk dibicarakan. Yang membuatnya menjadi diam adalah: tidak ada  lagi yang bisa diajaknya bicara.

Ratu selalu ada di istana setiap hari. Mengawasi putri. Tapi tidak dengan raja. Sang raja tidak pernah punya jadwal pergi dan kembali. Dia selalu pergi dan pulang begitu saja.
Putri yang menyadari ini merasa kasihan pada ratu, ibunya.

Suatu ketika, putri melihat kereta kencana milik raja memasuki pekarangan istana. Begitu gembiranya ia karena sudah beberapa hari ini raja tidak pulang.
Putri segera berlari untuk menyambut raja, ayahnya.
Putri dengan sifat periang dan cerewetnya masih saja tidak menyadari apa yang terjadi. Masih saja dia berbicara tanpa henti. Semenjak raja pulang dan ayahnya itu nampak lebih senang, putri mengira tak apa baginya untuk kembali ceria.

Tapi putri melakukan kesalahan. Tidak seharusnya dia gembira akan kepulangan raja. Karena raja pulang membawa ratu lain selain ibunya.

Ratu, ibunya, mengurung diri di dalam kamar. Sesekali putri mengunjungi, sekadar menemani dan mengatakan bahwa semua akan baik saja. Walau putri kecil kita ini masih belum sadar.
Suatu hari ratu menceritakan yang sebenarnya terjadi. Ia meminta putri untuk lebih memperhatikan sekitar dan diam sejenak.

Benar adanya, wajah-wajah bahagia itu menjelaskan semua. Jelas sekali bukan wajah bahagia seperti dahulu. Kebahagiaan itu bukan lagi milik putri, ratu, dan raja.
Dan begitulah putri yang periang dan cerewet memutuskan untuk membenci lelaki.

Namun, dari awal ini bukan kisah dongeng seperti cerita lain. Aku hanya membuatnya terlihat sama. Kenyataannya, tidak ada pangeran yang datang menyelamatkan.

Karena ini bukanlah kisah istana di seberang lautan.

Ini hanyalah kisah sebuah rumah di seberang lautan.

Kisah rumahku dahulu.

You Might Also Like

0 cuaps