Kencan yuk!

Dua kata ajaib itu meluncur begitu saja dari bibirmu. Harus kutanggapi bagaimana, nih? Bila kubilang kau sudah kuanggap abang sendiri, pasti...

Dua kata ajaib itu meluncur begitu saja dari bibirmu. Harus kutanggapi bagaimana, nih? Bila kubilang kau sudah kuanggap abang sendiri, pastilah kau akan membeku di tempat dan perlahan meretak. Bila aku keburu melonjak gembira pastinya aku sendiri yang akan hancur.
Jadi kuputuskan untuk diam. Mengedip. Menunggu kelanjutan. Jujur, tak pernah sekalipun aku diajak kencan seperti ini. Jadi untuk segera menanggapi pun aku tidak bisa memastikan.
"Eh.. kalau kamu mau aja, sih. Eh.. kalau ada waktu juga. Heheh."
Melihatmu yang tampak malu-malu membuatku tidak tahan. Sontak kuiyakan saja. "Hmm.. Oke deh!"

Dan begitulah awal mula kedekatan kami. Tadinya aku tidak pernah berencana untuk menanggapimu lebih. Tapi semakin lama mengenalmu membuatku paham dirimu memang berbeda. Lambat laun tak dapat kuhentikan, aku mulai memahami pula bahwa perasaanku lah yang berbeda.
Kupikir aku suka. Dan kupikir kau pun begitu. Salah satu bukti, kau mengajak kencan waktu itu. Temanku tidak pernah mengajakku kencan. Lengkap sudah pemahamanku akan arah hubungan ini.

"Hoi !", seorang teman menarikku ke masa sekarang. Menyadarkanku dari lamunan kejadian setengah tahun lalu.
Aku ini tidak suka dikageti, temanku itu juga tahu. Tapi aku tidak marah. Kusepesialkan hari ini saja. Karena aku sedang senang.
"Idih! Baru status nggak jelas aja udah senang." Entah mungkin orang ini memiliki kemampuan membaca pikiran atau apa. Yang jelas aku hanya mendengus tanda sebal. Dua kali dibuat sebal, tapi bertahan. Sungguh hebat orang yang sedang jatuh hati.
"Buat dia pastikan hubungan kalian, dong! Jangan cuma kencan, kencan, kencaaan terus. Memangnya kencan itu tanda cinta? Enggak woi !" Biasanya kawanku ini memang banyak omong, tapi hari ini dia dua kali lipat lebih banyak omong. Dibanding aku yang dari tadi hanya diam.

Tapi benar juga.

"Ehh? Kamu bagiku..." Kali ini aku mengumpulkan keberanian bertanya. Butuh waktu beberapa detik untukmu melanjutkan. "Tentu saja sahabat baik!"
Aku hampir saja bilang "HAH" dengan keras. Tapi kutahan. Kurasa aku mulai jago dalam hal menahan diri.
"Errr.. jadi memang, hubungan kita ini persahabatan, kan, ya?", kupastikan sekali lagi.
"Tentu saja!", nadamu terlalu riang, cukup untuk merusak akalku.
Dan sekali lagi, aku menahan dentuman-dentuman entah apa yang ingin keluar dari mataku sembari berpamitan dan kemudian pulang.

Dua kata ajaib lagi-lagi meluncur bebas dari bibirmu. Menjungkirbalikkanku begitu saja. Teramat ringkas, sampai-sampai aku kebingungan untuk mencari arti.

Oh.. demi apapun jangan pernah ajak aku kencan lagi..

You Might Also Like

2 cuaps