Sesorean dalam Mimpi, Semalaman dalam Perkotaan

Angin-angin ini membuat dedaunan berterbangan mereka pun menerbangkan khayalku Mengelus lembut rambut-rambutku Tanganku bersemb...

Angin-angin ini membuat dedaunan berterbangan
mereka pun menerbangkan khayalku

Mengelus lembut rambut-rambutku

Tanganku bersembunyi pada rerumputan basah

Menyapa tanah

Mataku tertidur pulas. Membiarkan mimpi-mimpi merasuki

Menebar damai dalam diam

Bahkan matahari tak punya keberanian menyorotiku

Awan-awan bergumpal,
menghitam,
tapi tak juga mulai menumpahkan tangis

Persis sepertiku

Menggumpal, menghitam, tapi tidak menangis

Menghadirkanmu dengan wujud sempurna dalam pejam
meneriakkan namamu hingga ujung dunia

Tiada yang lebih memilukan

Tiada yang menjawab

Selain belai-belai halus angin sore


source: doc.penulis


Jalur ini terpecah
arus-arusnya saling menabrak
setiap ingatan terbentur

Tapi kuterus memejam

Pergi

Abaikan

Berlalu

Lari

Dan tak kembali

Adakah dunia ini mengerti?
Yang sedang tergesa
Yang sedang menunduk sibuk
Yang melewatkan senja hari ini
Yang lalu lalang di trotoar

Kamu?

Satu langkah,
dua langkah,
tiga langkah,

Terburu. Berlari. Berlari.

Tapi kemanakah?

Jalanan tak pernah ramah.

Tersenggol

Terdorong

Terjatuh

Orang-orang tak pernah baik hati

Lampu-lampu mulai menyala
kerlap-kerlip di kota mengalahkan bintang gemintang

Akankah menemui terang?

Senja ternggelam. Tak tertolong. Gelap di depanku. Tertawa mengejek

Aliran ini menyisakan abstrak. Tak satupun utuh

Sesak

Ribuan detik kuhabisi.
miliaran lecutan kutangkis
tapi tak jua kumenemu menang

Kini giliran menutup telinga

Bisik

Sahut-menyahut

Denging.

Orang-orang tak pernah terdengar merdu.

Teriak,
teriakan-teriakan,
menjelma tutur halus.

Orang-orang tak pernah terdengar jujur.

Angin-angin membekukan
mengusir angin sore yang menimangku.

Tanah telah sepenuhnya tertutup semen
tak ada rumpun basah tempat tanganku bersembunyi
tak ada tempatku duduk memimpikan sepi.

Menetes.

Membubarkan ramai.

Memulangkan orang-orang.

Tapi kemanakah aku?
Berdiri saja.
Kami memang sudah berjanji akan menemani.

Aku, dan langit.

Menangis bersama.

Di tengah-tengah ribut kerumunan manusia

Aku kembali terpejam

Menghadirkanmu dalam wujud sempurna di mimpiku.


Jogjakarta, 2 Mei 2016

You Might Also Like

2 cuaps