Embun di Pelupuk

Dear semesta, Aku telah memikirkan ini setelah hari pertama sekaligus terakhir pertemuan kita. Aku telah mengeraskan dinding semen berbent...

Dear semesta,

Aku telah memikirkan ini setelah hari pertama sekaligus terakhir pertemuan kita.
Aku telah mengeraskan dinding semen berbentuk keteguhan ini.
Sekarang tinggal memastikan. Siapa yang paling berkuasa atas diriku? Logika? Atau rasa?
Kadang aku merasa benci. Mengapa aku tak di beri kuasa penuh atas diriku?

Sembilan dua sembilan. Saat ku mengguyurkan semua keresahan di tulisan ini.
Keresahan akan rasa di masa remaja. Sungguh mengganggu. Sungguh merepotkan.
Bukan. Bukannya aku membenci rasa dari kisah masa remaja. Aku menyukainya. Sungguh. Ingin terus menikmati jaman ini. Tapi aku melakukan sebuah kesalahan. Kurasa.

Dia orang baik. Meskipun aku baru sekali bertatap mata dengannya. Aku tau dia rajin.
Dia lucu. Dia menarik paksa perhatianku, di saat pertama sekalipun.
Dia begitu bersemangat. Dia muncul dan berseru kegirangan di depanku. Seperti anak kecil. Aku suka tawanya. Leluconnya. Dan aku suka membicarakan banyak hal dengannya.
Tapi aku tau dia lebih dewasa, maksudku lebih dewasa dari kelihatannya. Selain itu, dia memang lebih tua.

Lalu apa yang salah? Jelas ini salah. Hari-hari sebelum pertemuan tak di duga malam itu, seseorang yang ku ketahui memandang berbeda diriku. Seseorang yang dekat dengan dia.
Apa yang ku lakukan? aku menghancurkannya jika berani mengakui apapun nama dari kegelisahan ini !
Sungguh, aku pengacau.
Walau aku mengakui itu, walau dia tidak merasakan kegelisahan yang sama. Aku akan tetap menghancurkan mereka.

Hei, bagaimana menurutmu, tangisan langit?
Kata orang, lebih baik bersama orang yang mencintai kita daripada bersama orang yang kita cintai.
Tapi apa aku harus? Harus menuruti kegelisahan egois ini?

Hei, serangga-serangga kecil..
Berhentilah menggerubutiku..
Kumohon. Kalian menghalangi jalanku. Membutakan. Melumpuhkan.

Hei, semestaku..

Ku harap aku tau.

Ku harap aku mengerti dengan jelas.

Kesalahan.

Kegelisahan.

Keegoisan ini.

Gomenne, senpai.

You Might Also Like

0 cuaps