A Little Thing That I'll Never Know
5:18 PM
Ku lukiskan kita bersama
Namun s'lalu aku bertanya...
....Adakah aku ... di mimpimu..?
Aa, potongan-potongan kisah dunia mimpi mulai memudar. Berganti dengan langit-langit kamarku. Seperti biasa. Dan kemudian aku teringat satu hal, yang membuat bersemangat ingin segera beranjak, yang secara bersamaan juga membuat enggan, aku tak ingin meninggalkan dunia mimpi yang ku kunjungi sepersekian detik yang lalu. Ya...
Di hatiku terukir namamu
Cinta rindu beradu satu
Namun s'lalu aku bertanya..
...Adakah aku ... di hatimu....?
Pagi selalu terasa terlalu dingin. Jemariku membeku. Bercampur atmosfer pagi dan pemuda itu. Sama seperti kemarin, kemarin, dan kemarin. Berpura-pura mengedarkan pandangan adalah pilihan yang tepat untuk mencuri pandang ke arahmu. Hatiku ingin menyapa, namun seisi mulutku berkhianat. Membuatku membisu. Dan berpaling pada manusia-manusia lain. Berganti menyapa mereka. Sungguh, aku tak mengucilkanmu. Aku... hanya tak mampu mendekatimu lagi.
T'lah ku nyanyikan alunan-alunan senduku
T'lah ku bisikkan cerita-cerita gelapku
T'lah ku abaikan mimpi-mimpi dan ambisiku
Tapi mengapa... ku takkan bisa... sentuh hatimu.......
Entah sejak kapan jantung ini mulai memberontak dan berbalik menyerangku tiap saat. Entah sejak kapan aku mulai sesak nafas seperti ini. Entah sejak kapan aku tak lagi berani mengeja namamu dengan baik. Yang ku tau hanyalah aku tak punya alasan. Maaf, aku tak bisa memberikan alasan apapun untuk merasakan ini..
Bila saja kau di sisiku
Kan ku beri kau segalanya
Namun tak henti aku bertanya... adakah aku.. di lubukmu...?
Aa, kanvas raksasa itu telah berganti warna lagi. Tapi harum yang bercampur dengan udara dan menempel di setiap partikel-partikel itu telah terendus. Yang ku sesalkan, mengapa harus tercium dan tak ada suara setelahnya? Seakan tak terjadi apa-apa.
T'lah ku nyanyikan alunan-alunan senduku
T'lah ku bisikkan cerita-cerita gelapku
T'lah ku abaikan mimpi-mimpi dan ambisiku
Tapi mengapa... ku takkan bisa... sentuh hatimu.......
Oo, semesta...
Mengertilah. Ini terlalu sulit.
Bicaralah jika kau tau. Jangan biarkan aku ragu. Dan semua berlalu begitu saja. Tapi jangan kasihani aku..
Sungguh, itu lebih menyiksaku.
Tak bisakah kau sedikit saja dengar aku...
Dengar simfoniku... simfoni hanya untukmu....
Hei, tuan pencuri. Ya, kau pencuri milikku yang ku simpan selama ini. Kau mencuri perhatianku. Pencuri suaraku. Dan meledakkan jantungku. Kau terlalu kejam untuk ku benci. Namun kau terlalu sulit untuk ku abaikan.
Tolong... jika aku tak bisa menarikmu ke dalam romanku, biarkan aku hanya mengatakannya sekali...
Ku mohon... aku tau kau mengetahuinya. Jika aku masih tak bisa mengatakannya, biarkan aku melihatmu setiap hari tanpa tembok penghalang apapun....
F.R.A.Z.
Bumi, 9 September 2014
0 cuaps