Menjelang Pukul Satu Pagi
1:48 AM
Masih ingat hari-hari
dimana kita beriring. Erat tapi tidak terlalu. Kendur tapi tidak melorot. Bersama-sama.
Tidak terbayangkan
bagiku untuk mencapai titik bingung ini. Seperti tidak mungkin.
Peganganku mengabur.
Yang pasti dan tidak menjadi abu-abu.
Sudah terpikir
olehku, selalu terpikir bahwa aku akan menjadi beban dan menyusahkan. Bahkan
perasaan-perasaan sentimentalku yang kekal senantiasa membuat rumit.
Yang kurasakan
nyata adanya. Namun, apa mengungkap menjadikanku salah?
Tidak percaya
diri ini semakin besar. Milikku dan milikmu.
Sebenarnya apa
yang kubutuhkan?
Aku ingin memberi
sebanyak-banyaknya. Aku tidak pernah tahu apa yang sudah kuberi, serasa tangan
ini selalu kosong. Tidak ada satu hal pun yang kubawakan untukmu.
Aku tidak sebanding
dalam memberi.
Kamu selalu
memberi banyak untukku. Ingin rasanya aku membalas. Sebisaku kuberi apa-apa yang
dapat kukabulkan. Dengan segala keterbatasan yang kita punya ini..
Seiring berjalannya
waktu, kamu pun tersadar, bahwa aku tidak sebanding dengan apa-apa yang kamu bawakan.
Sedih rasanya. Aku
sudah tahu, bagaimana mungkin tidak? Aku selalu tahu.. karena aku setiap saat terpikir,
apa yang sudah kuberi hari ini? Sebaiknya apa yang kuberi agar sama besar?
Semampuku kuperbaiki,
tapi apa yang kuperbuat berakhir kacau. Mungkinkah aku tidak bisa menjadi sebanding?
Kamu yang kemudian
datang untuk bilang ternyata aku sudah memberi banyak, bahwa yang kurang mengerti
dan terlalu menuntut adalah kamu..
Membuatku semakin
sedih.
Pasti sulit, ya,
mencari-cari sisi baik itu..?
Lagi, aku membuatmu
sulit. Memaksakan diri untuk menerima?
Aku tidak tahu
apa aku salah atau benar. Kebiasaanku menganalisa dan mencoba merasakan apa
yang dirasakan orang lain membuatku sering sedih dan.. sok tahu katamu..
Sedih sekali
rasanya kamu bilang aku sok tahu..
Menutup mulutku bukan
hal baru, memendam perasaan dan pendapatku juga tidak sulit. Saat akhirnya aku
bicara adalah saat di mana aku sudah memikirkannya sepanjang waktu.
Kupikir aku
memang memahamimu, aku berusaha ikut merasakan, tapi ternyata aku cuma sok tahu
ya......
Kupikirkan yang
terbaik buatmu.. perasaan tidak enakku ini kusampaikan setelah kupikir aku
memang tahu dan waktunya tepat. Kupikir aku sudah melihat kondisimu,
menimbang-nimbang mana yang baik mana tidak buatmu..
Aku pun bertanya
pendapat ke orang-orang. Dengan tetap menjaga kerahasiaan pribadi, mengumpulkan
pendapat dan saran dari sudut-sudut lain.
Aku pikir aku
memang sudah benar.
Ternyata aku cuma
sok.
Bukan kamu yang
pantas bilang: “siapalah aku ini”, melainkan akulah yang terpantas.
Aku mengira-ngira
perasaanmu setiap kamu mengambil keputusan.. aku hanya merasa.. kamu sedang
keberatan..
Aku mengira-ngira
apa keinginanmu dan berusaha memenuhi..
Aku mencoba hadir,
turut serta memahami rasamu.
Aku ingin
mendukungmu, aku ingin membuatmu lebih kuat, aku ingin juga tahu semua termasuk
hal-hal yang sedang kamu pendam-pendam.
Ternyata aku yang
begitu membuat repot ya.. perasaan yang ingin kurasakan ini kebanyakan. Tidak mampu
kutampung.
Sejelas-jelasnya
aku tidak pernah ingin pegangan kita lepas.
Tapi, memegang
ini semua ternyata tidak mudah.
Ini kutulis
dengan hati yang sedang sesak. Pegangan kita sedang mengendur, menjadi jauh
dari hari-hari santai kita kemarin, aku harap apapun itu yang sedang kita
pegang tidak kemudian hilang di jalanan malam ini.
Malam sudah
gelap, di luar pasti dingin.
Pakai jaketmu
jangan lupa, aku sudah bilang terus-terusan.
Esok hari aku
ingin mengenalmu lebih lagi.
0 cuaps