Pembenci Yang Dibenci

Yoi. Gw emang pembenci. Sebenernya bukan benci sih, tapi nggak suka. Jadi nggak suka sama apa? Gw nggak suka sama cewek-cewek pada umumnya...

Yoi.
Gw emang pembenci. Sebenernya bukan benci sih, tapi nggak suka.
Jadi nggak suka sama apa?
Gw nggak suka sama cewek-cewek pada umumnya.
Ini normal banget kalo gw nggak suka cewek. Tapi bukan ngomongin suka/nggak suka sebagai sesama jenis.

Duh kesannya gw jadi orang yang rendah banget. Penuh dengan kebencian. Udah gitu dibenci pula. Sampah.
Nggak gitu juga.

Jadi gini.
Dari dulu, gw selalu tersisihkan eh menyisihkan diri, ding. Gw punya alasan. Sayangnya nggak pernah ada yang nanya alasan gw, jadi gw terlanjur dianggap pembenci.

Setiap cewek-cewek pada umumnya berkerumun, gw selalu nggak bisa masuk.
Pertama, karena bahasan mereka didominasi obrolan privasi yang malah diperdengarkan untuk umum, soal percintaan.
Kedua, nggak ada yang ngerti kalo gw bahas soal anime, komik, film, musik indie, pemikiran, dan lainnya.
Ketiga, yang dibahas temennya sendiri, atau parahnya, gw.

Gw lebih sering kumpul sama anak cowok. Dan sama anak cewek kalo gw beruntung dapet temen cewek yang sepemahaman (untung gw masih punya walau pun nggak lebih dari hitungan sebelah tangan).
Kumpul sama mereka-mereka lebih seru.
Gw bisa bahas anime, film-film, kartun.
Bisa numpang main game walaupun gw nggak jago main game.
Nonton ben-benan.
Bisa diskusi apa pun.
Makan dibayarin.
Nggak ada saling ngomongin di belakang. Kalo ngomongin orang ya di depannya langsung.
Nggak baper kalo pake kata-kata kasar kayak, "eh kampret bego" "c#k janc#k aku jajakke" dan sebagainya.
Pokoknya nambah wawasan.

Tapi ! Tapi !!
Sialnya, gw malah jadi bahan diskusi di kerumunan cewek. Ada juga sih cowok, cowok rumpi.
Entah kenapa.. gw jadi nggak disukai.
Tau dari mana?
Jelas tau. Liat aja orangnya. Nggak ada ketulusan buat gw di dirinya.
Nih yang lebih jelas, beberapa temen gw sering denger (baca:nguping) obrolan orang-orang di kerumunan itu.

Jangan kasih saran "Ya tinggal nggak usah didengerin" "Yaudah gausah kumpul sama mereka", karena itu semua udah gw lakuin tanpa dikasih petunjuk.

Yang jadi permasalahan, gw nggak mungkin selamanya berada di zona aman-nyaman bersama bangsat karib gw.
Ada kalanya gw terjebak di situasi sendiri, nggak sendiri ding, ada orang-orang di kerumunan itu.
Akhirnya gw cuma bisa diem. Mati gaya. Jadi patung, lalu berdebu.

Beberapa bulan ini gw sering kena sial. Posisi nyempil di antara mereka berjam-jam.
Habislah gw.

Udah sering coba masuk ke obrolan mereka. Tapi gw berakhir kopong. Nggak paham apa yang dibicarain dan harus gw bicarain.

Udah sering kebawa kebiasaan "bergaul" gw sama kampret-kampret. Gw terapin ke mereka. Dan berakhir gw disewotin. Digosipin.
Parahnya, dibilang kegatelan cuma gara-gara sering kumpul sama cowok.
Emang sih, gw sering gatel-gatel kalo udaranya dingin. Alergi dingin, bo. KHAKHAKHAKHKAK. *krenyes.

Jadi gimana?

Setiap manusia nggak mungkin selalu berada di zona menyenangkan.

Setiap manusia nggak mungkin nggak dibenci.

Nggak mungkin memaksa orang lain buat suka sama kita.

Intinya, walau gw nggak bisa jadi bagian dari kerumunan mereka, gw tetep bisa berbaur tanpa melibatkan diri.

Kalo mereka baik ke gw, gw bakal lebih baik. Dan kalo mereka pura-pura ke gw, gw juga bakalan lebih pura-pura ke mereka.

Wooooooouuuooooooo uuuoooo uooooooo !!!

Gw butuh pindah ke Tanah Indah Untuk Para Terabaikan.
Tapi karena gw lagi sering kena sial, jadi gw nggak bisa pindah. Nggak tau juga ada di belahan bumi bagian mana. Atau malah di planet lain? Dimensi lain?
Aih.

At least. Hadapilah. Ini kenyataan, bro.

You Might Also Like

1 cuaps